Upaya Pemerintah Membangun Industri Otomotif Nasional
Motivasi Pemerintah Indonesia membangun industri
otomotif nasional sendiri dikarenakan ingin meningkatkan perekonomian Negara,
dengan melihat kekayaan Sumber Daya Alam yang dimiliki oleh Indonesia serta
kemampuan para insinyur pada waktu itu dapat membuat pesawat terbang N-250 yang
canggih dikelasnya.
Ketika pesawat N-250 tersebut berhasil diterbangkan seluruh
warga Indonesia, para pejabat Negara, beserta direktur, para staf, dan karyawan PT
IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) pun turut berbangga dan bergembira
melihat lahirnya karya anak bangsa tersebut.
Keberhasilan industri penerbangan Indonesia mampu menjawab tantangan dari
Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto tentang penyediaan transportasi udara untuk
menghubungkan pulau-pulau yang dimiliki oleh Negara Indonesia.
Hal ini menjadi
tolak ukur bagi Pemerintah Indonesia untuk membangun industri mobil nasional yang
akan menjadi sarana transportasi darat.
Euforia yang dialami oleh masyarakat
Indonesia setelah lahirnya pesawat terbang N-250 tersebut tidak lah surut, rakyat
Indonesia memiliki sejuta harapan setelah lahirnya pesawat terbang yang berhasil
diproduksi oleh anak bangsa Indonesia, sebuah kebanggan tersendiri terhadap perkembangan teknologi yang dihasilkannya sehingga mampu menyamakan teknologi
yang dihasilkan oleh bangsa lain.
Oleh sebab itu, Komisi X DPR mengusulkan
kepada Menristek (Menteri Riset dan Teknologi) yang menjabat pada waktu itu ialah
BJ Habibie agar membuat mobil sendiri dengan berlandaskan industri penerbangan
yang telah berkembang terlebih dahulu, kemudian usulan tersebut dikomunikasikan
oleh Presiden Soeharto dan memperoleh hasil positif dari Presiden Soeharto.
Mendapatkan hasil positif beserta dukungan dari Presiden Soeharto kemudian
Menristek melakukan kajian iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) guna
merealisasikan mobil nasional.
BJ Habibie selaku Menristek dan Presiden Direktur di
PT IPTN merencanakan akan merealisasikan mobil nasional pertama yang diberi nama
Maleo.
Dukungan yang diberikan oleh Presiden Soeharto tidak hanya dituangkan
melalui lisan saja melainkan dituangkan dalam bentuk peraturan yang memiliki tingkat
kejelasan yang dapat diperkuat, artinya Presiden akan menginstruksikan kepada
kabinet-kabinetnya untuk melakukan perumusan peraturan yang akan digunakan
landasan hukum guna merealisasikan proyek mobil nasional.
Ambisi Pemerintah
akan kemampuan anak bangsa dapat memproduksi mobil nasional akan menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang mandiri, sehingga mampu mendukung segala bentuk
perkembangan teknologi yang akan datang dan pembangunan infrastruktur yang
mendukung perkembangan Negara Indonesia.
Instruksi Presiden Soeharto tentang mobil nasional tersebut disahkan pada
tanggal 19 Februari 1996 dalam Inpres Nomor 2 yang bertujuan untuk membangun
kemandirian Indonesia pada sektor industri otomotif sehingga nantinya diharapkan
terwujudnya industri mobil yang diproduksi oleh rakyat Indonesia dan bertempat di
Indonesia juga.
Instruksi Presiden tersebut ditujukan kepada Menteri Perindustrian
dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana
Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Adapun dalam pelaksanaannya
harus memenuhi kriteria yang sudah dirancang pada Inpres Nomor 2 tahun 1996,
berikut ini adalah kriterianya:
- Menggunakan merek yang diciptakan sendiri
- Sebanyak mungkin menggunakan komponen dalam negeri
- Dapat mengekspor mobil hasil produsinya.
Kemudian dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
31/1996 ditentukan kriteria serta kewajiban yang harus dipenuhi oleh mobil nasional,
yaitu :
- Dibuat di dalam negeri pada fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan industri nasional atau badan hukum Indonesia yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan/warga negara Indonesia.
- Menggunakan merek yang diciptakan sendiri dan belum pernah didaftarkan oleh pihak lain di Indonesia.
- Dikembangkan dengan teknologi, rancang bangun dan rekayasa berdasarkan kemampuan nasional secara bertahap.
Adanya Inpres Nomor 2 tahun 1996 tersebut maka dimulainya persaingan bagi
pengusaha dan para ahli yang bergerak pada bidang otomotif guna mewujudkan mobil
nasional yang diinstruksikan oleh Presiden Indonesia.
Semangat untuk merealisasikan
mobil nasional tersebut karena telah disahkan landasan hukum beserta peraturanperaturan yang jelas dan kuat sehingga dapat dijadikan pedoman guna merealisasikan
mobil nasional.
Adapun mobil nasional yang telah diajukkan secara prototype maupun
dalam bentuk yang sudah siap jalan oleh para produsen Indonesia kepada Pemerintahan
beserta masyarakat Indonesia, berikut adalah nama-nama mobil nasional Indonesia:
1. Maleo
Mobil nasional Maleo mulai dikembangkan pada tahun 1993. Proyek
mobil tersebut dikarenakan adanya permintaan dari Pemerintah yang
menginginkan Indonesia memiliki mobil nasional khas Nusantara.
Pada
saat itu yang dipercaya untuk mewujudkan mobil nasional adalah PT
IPTN karena prestasinya dalam industri penerbangan.
Ketika
perjalanannya mewujudkan mobil nasional tersebut, PT IPTN
bekerjasama dengan Rover dari Inggris untuk bagian mesinnya dan Milliard Design dari Australia untuk menggarap kerangka dan body
mobil.
Mobil Maleo tersebut dirancang oleh Menristek BJ Habibie seperti
itu karena bertujuan agar nantinya tidak menciptakan sebuah
ketergantungan dengan salah satu produsen saja.
Proyek yang dirancang
sukses membuat 11 rancangan mobil sampai tahun 1997, namun proyek
ini terbengkalai akibat dari adanya reformasi.
2. Beta 97 MPV
Mobil Beta 97 MPV ini mulai dibuat pada tahun 1994 oleh grup Bakrie
melalui Bakrie Brothers. Ketika mendengar keinginan Pemerintah untuk
mempunyai mobil nasional, Bakrie Brothers pun ingin ikut serta
meramaikan segmen tersebut.
Mobil Beta 97 MPV gagasan Bakrie
Brothers ini meminta bantauan kepada ruma desain Shado yang berasal
dari Inggris untuk membuat desain awal mobil tersebut.
Pada bulan April
1995 desain dari mobil Beta 97 MPV ini pun telah selesai dan
diperlihatkan kepada pihak manajemen Bakrie, kemudian desain tersebut
langsung dikembangkan menjadi prototype hingga membutuhkan waktu
selesai pada tahun 1997.
Persiapan dari grup Bakrie pun sudah meliputi
aspek dari perakitan hingga anggaran produksi mobil Beta 97 MPV guna
memenuhi peluncuran perdana yang akan diselenggarakan pada bulan
Desember 1997.
Segala rancangan dan persiapan yang dilakukan oleh grup Bakrie pun menjadi sia-sia dikarenakan proyek tersebut gagal
dikembangkan yang disebabkan oleh krisis ekonomi.
3. Timor
Proyek mobil Timor ini diusung oleh PT Timor Putra Nasional (PT TPN),
perusahaan tersebut ditunjuk langsung oleh Pemerintah pusat sebagai
pionir mobil nasional yang mana pemilik perusahaannya adalah Tommy
Soeharto, putra dari Presiden Soeharto.
Ketika merealisasikan proyek
mobil nasional Timor ini, PT TPN melakukan kerjasama dengan
produsen mobil asal Korea Selatan yaitu KIA Motors. Mobil Timor
berhasil diproduksi dan dapat secara resmi diperkenalkan kepada
masyarakat Indonesia pada 8 Juni 1996 di Jakarta.
Desain mobil Timor
ini sebenarnya sama dengan mobil KIA Sephia yang dipasarkan di Korea
Selatan rakitan tahun 1995, kedua mobil ini hanya berbeda pada namanya
saja.
Mobil Timor ini mendapatkan hak istimewa oleh Pemerintah
Indonesia berupa pembebasan pajak barang mewah meskipun mobil
Timor diproduksi secara utuh dari Korea Selatan. Fasilitas istimewa yang
didapat oleh mobil Timor membuat pengaruh dari harga jual di Indonesia.
Harga jual mobil Timor di Indonesia hingga mencapai setengah harga
dari mobil-mobil kompetitornya. Adanya fenomena hak istimewa yang
diperoleh Mobil KIA Sephia versi Indonesia tersebut, Jepang dan
Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa membawa masalah ini ke World Trade Organization (WTO) dengan tuduhan Indonesia melanggar
beberapa poin pada ketentuan General Agreements of Tariff and Trade
(GATT).
Adanya tuntutan dari Negara kompetitornya, akhirnya WTO
memutuskan agar Indonesia ,encabut keputusan penghapusan bea masuk
dan pajak barang mewah kepada mobil Timor.
Perjalanan mobil Timor
ternyata tidak panjang, dikarenakan banyak tekanan dari pihak luar dan
juga adanya krisis moneter yang menyebabkan produsen utama mobil
Timor, Kia Motors bangkrut pada tahun 1997 beserta diikuti lengsernya
Presiden Soeharto dari kepresidenan Indonesia.
4. Bimantara
Mobil Bimantara adalah realisasi proyek mobil nasional yang
dikembangkan oleh Bambang Trihatmojo, putra ketiga dari Presiden
Soeharto.
Mobil yang dikembangkan oleh Bambang Trihatmojo ini sama
seperti perkembangan mobil Timor yang memesan secara utuh mobil
buatan dari Korea Selatan, namun mobil Bimantara ini bekerjasama
dengan produsen Hyundai yang berasal dari Korea Selatan.
Desain mobil
Bimantara ini sama dengan mobil Hyundai Accent. Perjalanan dari mobil
Bimantara ini sama dengan saudara kandungnya, hilang karna adanya
krisis.
5. Marlip
Mobil nasional Marlip ini adalah mobil yang dirancang dengan
menggunakan teknologi baru dibanding dengan mobil konvesional yang
telah meramaikan jalanan di setiap sudut Indonesia.
Teknologi yang
digunakan oleh mobil ini adalah menggunakan tenaga listrik dimana
mengingat semakin langkanya bahan bakar yang biasa digunakan oleh
mobil konvesional.
Mobil Marlip ini diproduksi oleh PT Marlip Indo
Mandiri yang didirikan melalui hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) pada tahun 2002, nama Marlip sendiri adalah singkatan
dari Marmut listrik LIPI.
PT Marlip Indo Mandiri adalah perusahaan
pertama yang memproduksi mobil listrik di Indonesia. Pada awal
produksinya Marlip difokuskan untuk fasilitas yang digunakan pada
rumah sakit, lapangan golf, area pabrik, perkantoran, lapangan bola, area
hotel, resort, bandara, tempat wisata.
Melihat skala jalan yang mampu
ditenpuh oleh mobil Marlip ini sangatlah pendek dikarenakan kapasitas
batarai yang dimilikinya juga kecil dan jika untuk menargetkan untuk city
car, infrastruktur yang dimiliki oleh Negara masih belum mendukung
untuk melakukan pengisian ulang daya listriknya.
6. Gang Car
Mobil Nasional Gang Car ini adalah produksi dari PT. Dirgantara
Indonesia pada tahun 2003. Gang car memiliki bentuk yang kecil sehingga hanya mampu mengangkut maksimal 2 orang saja, tenaga yang
dihasilkan oleh mobil ini juga tidak sama dengan mobil konvensional
lainnya.
Kapasitas mesin dari mobil ini hanya bertenaga 125 sampai
dengan 200 cc saja, oleh karena itu target dari produksi mobil ini adalah
mampu melewati jalanan kecil yang sempit baik diperkotaan dan
pedesaan.
Produksi mobil ini hanya sampai pada bentuk prototype hingga
test drive dan siap untuk produksi masal, namun perjalanan Gang car
harus berhenti dikarenakan oleh tidak dapat memenuhi regulasi dan
perusahaan yang kolaps sehingga 9000-an karyawan harus terkena
PHK.
7. Kancil
Mobil nasional Kancil dirancang, didesain, dan dikembangkan oleh PT
KANCIL (Karunia Abadi Niaga Citra Indah Lestari) pada tahun 2002.
Mobil ini dirancang guna sebagai sarana transportasi umum pengganti
Bajaj atau Bemo di daerah DKI Jakarta, nama Kancil sendiri singkatan
dari Kendaraan Niaga Cilik Irit Lincah.
Mobil Kancil ini menggunakan
mesin 4 tak dengan kapasitas 400 cc serta berkapasitas 4 orang, jika
berbicara spesifikasi dan kelayakan dari mobil ini sebenarnya telah
memenuhi persyaratan layak jalan dari Departemen Perhubungan.
Secara
umum jika dibandingkan dengan mobil kancil dengann Bajaj Qute, mobil Kancil memang lebih unggul dalam kapasitas mesin dan dari segi harga
yang lebih murah, namun regulasi yang ada membuat mobil nasional ini
tidak dapat berkembang dengan cepat.
Regulasi yang terjadi adalah satu
mobil Kancil dapat beroperasi jika bisa menggantikan satu buah bajaj,
artinya konsumen mobil Kancil harus membeli 1 buah Bajaj untuk
dimatikan izin pengoperasiannya Bajaj.
8. GEA
Mobil nasioanl GEA ini diproduksi oleh PT INKA (Industri Kereta Api)
pada tahun 2003. Mobil GEA dikembangkan dengan tujuan mobil yang
memiliki kapasitas mesin 640 cc untuk menghadapi krisis energi, tipe dari
mobil GEA ini ada dua yaitu berjenis city car dan pick up dan sasaran
utama dari mobil ini adalah angkutan murah di pedesaan.
Mobil GEA ini
bisa jadi calon kuat mobil nasional karena modal pembuatan dari mobil
ini 100% dari Indonesia meskipun mesinnya harus impor 90%, namun
komponen-komponennya sudah dibuat di Indonesia.
Berdasarkan kriteria
tersebut mobil GEA ini sangat memungkinkan untuk diproduksi secara
massal. Eksistensi dari mobil GEA ini jarang dan bahkan tidak pernah
terdengar karena bermasalah dengan pemasarannya, artinya mobil GEA
ini masih kalah dengan mobil-mobil konvensional yang telah meramaikan jalanan di Indonesia meskipun harga yang dipatok jauh lebih
murah dari mobil konvensional lainnya.
9. Tawon
Mobil nsional Tawon ini diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya yang
berlokasi di Rangkasbitung Banten pada tahun 2009. Perusahaan yang
memproduksi mobil Tawon ini tidak hanya sebagai perakit mobil Tawon
saja melainkan perusahaan ini juga akan menjadi pemegang merek.
Mobil
Tawon ini menggunakan bahan bakar bensin dan CNG (Compressed
Natural Gas)
63, hal ini telah memenuhi standarisasi Euro 3. Kapasitas
mesin dari mobil Tawon ini berkapasitas 650 cc memiliki 4 percepatan
dengan 2 silinder.
Mobil Tawon ini lebih maju dari mobil nasional
lainnya, hal tersebut dikarenakan mobil ini telah memiliki sertifikasi dari
Kementrian Perhubungan. Sertifikasi yang diberikan oleh Kementerian
Perhubungan adalah berupa STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)
yang sudah dipegang sejak bulan Juli 2011.
Persiapan yang sangat matang pun menghasilkan semangat akan dilakukan produksi secara
massal dalam waktu dekat.
10. Fin Komodo
Mobil nasional ini diproduksi oleh mobil PT Fin Komodo Teknologi yang
bertempat di Cimahi, Jawa Barat pada tahun 2014. Mobil Fin Komodo
ini dirancang oleh salah satu desainer pesawat CN-250 Gatotkaca ialah
Ibnu Susilo.
Mobil ini didesain untuk digunakan pada medan off road
dimana sangat cocok dengan alam Indonesia, artinya mobil ini dapat
digunakan dalam misi penjelajahan atau survey, atau pengawasan.
Mobil
ini mampu menembus medan hutan sepanjang 100 km atau selama 6-7
jam dengan konsumsi bahan bakar kurang lebih 5 liter dan memiliki
kapasitas tangki 20 liter.
Mobil ini telah dikenalkan ke masyarakat
Indonesia pada tahun 2015 dalam acara IIMS (Indonesia International
Motor Show) yang bertempat di Jakarta.
Mobil ini pun mampu menjadi
solusi yang cemerlang karena teknologi yang ada pada mobil ini sangat
membantu misi-misi penjelajahan di Indonesia.
11. Wakaba
Mobil nasional Wakaba (Wahana Karya Anak Bangsa) ini telah
dirancang oleh mahasiswa beserta dosen jurusan teknik mesin
Universitas Pasundan Bandung pada tahun 2006 hingga 2007.
Pengerjaan
mobil ini juga bekerjasama dengan Karya Working Group Klaster guna
mengerjakan komponen-komponennya dan mendapatkan dukungan dari Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan), Departemen
Perindustrian, Kementrian Negara Riset dan Teknologi, serta Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Mobil Wakaba ini
dirancang untuk kebutuhan kendaraan pada pedesaan yang dikhususkan
mengakomodir kebutuhan masyarakat yang pekerjaannya sebagai petani,
sehingga dapat berfungsi mengangkut hasil pertanian atau perkebunan.
Mobil Wakaba berhasil diluncurkan prototype-nya pada 16 Oktober 2009
di Bandung, Jawa Barat, mobil ini diharapkan agar nantinya menjadi
semangat pertumbuhan industri otomotif Indonesia dimasa depan yang
berbasiskan IKM (Industri Kecil Menengah).
12. Arina
Mobil nasional Arina ini awalnya sebagai proyek Universitas Negeri
Semarang yang berhasil diproduksi pada tahun 2009 dalam bentuk
prototype. Departemen Perindustrian juga turut mendukung dalam
pendanaan dari proyek mobil Arina.
Mobil ini didesain oleh Widya
Aryadi mahasiswa jurusan teknik mesin Unnes sebagai kendaraan yang
memiliki body kecil dan dengan kapasitas mesin 150 hingga 250cc.
Mobil
ini didesain untuk kapasitas maksimal 2 orang saja dan sebagai
kendaraan perkotaan yang non-niaga, artinya dengan kapasitas mesin
yang terhitung kecil mobil Arina ini tidak dianjurkan melakukan perjalanan ke luar kota, mobil Arina ini lebih cocok sebagai kendaraan
operasional seperti mobil golf atau sebagai kendaraan operasional lainnya
yang jaraknya tidak terlalu jauh.
Mobil Arina berhasil dikenalkan ke
masyarakat Indonesia pada 13-17 Mei 2009 di acara Pameran Produk
Indonesia (PPI) dan pada 10-12 Agustus 2009 di acara ajang Pameran
Pendidikan Nasional yang bertempat di Jakarta. Hambatan produksi
mobil Arina ini dikarenakan berkendala pada investor serta kalah
bersaing dengan mobil konvensional lainnya.
13. Ahmadi
Mobil nasional Ahmadi ini diproduksi oleh PT Sarimas Ahmadi Pratama
pada tahun 2012. Mobil ini didesain sebagai mobil ramah lingkungan
yang rendah akan emisi karbon, oleh karena itu mobil Ahmadi ini adalah
mobil listrik.
Mobil Ahmadi ini diproduksi karena adanya permintaan
dari Kementrian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mana
nantinya akan digunakan sebagai kendaraan operasional Konferensi AsiaPasific Economic Cooperation (APEC) yang diselenggarakan di Bali
pada Oktober 2013.
Proyek pengadaan mobil listrik ini didukung oleh
tiga BUMN yaitu PT BRI (Persero) Tbk, PT PGN, dan PT Pertamina
(Persero), ketiga BUMN tersebut mengeluarkan dana kurang lebih Rp 32
milliar.
Realisasi mobil listrik Ahmadi ini ternyata tidak dapat digunakan, karena waktu test drive yang dilakukan Dahlan Iskan dalam perjalanan
dari Depok ke Jakarta mengalami mogok, sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan perjanjian, serta pihak-pihak yang terkait dengan pengadaan
mobil Listrik ini terjerat dalam kasus korupsi.
14. Tucuxi
Mobil nasional Tucuxi adalah mobil yang didesain sebagai mobil sport
dan bermesin listrik. Nama dan bentuk dari mobil Tucuxi ini tersinspirasi
dari lumba-lumba sungai yang ada di Amazon, Amerika Selatan. Mobil
ini dirancang oleh Danet Suryatama pada akhir tahun 2012.
Danet
Suryatama adalah seorang pencipta mobil listrik yang banyak
dipergunakan di Amerika Serikat, beliau dulunya alumnus ITS Surabaya
(Institut Teknologi Sepuluh November). Danet Suryatama dipulangkan
oleh Dahlan Iskan untuk merealisasikan pengembangan teknologi mobil
listrik.
Pada masa jabatan Dahlan Iskan di BUMN, beliau mengharapkan
mobil listrik yang dapat bersaing dengan produk luar negeri.
Pengerjaan
mobil ini bertempat di Yogyakarta dengan menggandeng tim kupu-kupu
malam sebagai pengrajin karoseri lokal. Setelah selesai diproduksi mobil
ini langsung dicoba oleh Dahlan Iskan, dalam pejalanan Solo-Surabaya
beliau mengalami kecelakaan akibat rem tidak berfungsi dengan baik.
15. Esemka
Mobil nasional Esemka ini diproduksi oleh siswa-siswi SMKN 2
Surakarta dan dengan dibimbing oleh bapak Sukiyat, awal mula produksi
mobil Esemka pada tahun 2009. Mereka berhasil melahirkan mobil
berjenis SUV (Sport Utility Vehicle) dengan kandungan komponen lokal
sebesar 80 % dan impornya 20 %.
Mobil Esemka SUV itu diberi nama
Esemka Rajawali, mobil Esemka Rajawali tersebut digunakan sebagai
kendaraan dinas Walikota Surakarta pada periode kepemimpinan Joko
Widodo.
Mobil Esemka Rajawali ini menggunakan mesin TwinCam
dengan berkapasitas mesin 1.500 cc yang sudah injeksi sehingga dapat
menghemat bahan bakar. Mobil Esemka tersebut sudah melalui uji tes
kelayakan yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dan
Kementerian Perindustrian.
Suatu gebrakan yang sangat luar biasa
ditunjukan oleh siswa-siswi SMK sehingga dapat membanggakan seluruh
warga Indonesia, tinggal menunggu waktu untuk menanti produksi massal mobil Esemka
tersebut.
Fenomena industri otomotif di Indonesia masih terhegemoni oleh produk asing
yang menjerat kreatifitas industri otomotif nasional. Hegemoni yang terjadi di
Indonesia menyebabkan lumpuhnya produksi-produksi mobil nasional yang telah
dirancang.
Produksi mobil nasional yang telah dikenalkan sebagai prototype tersebut
sebenarnya tidak kalah dengan produksi dari luar negeri, dilihat dari mesin yang
dihasilkan beseta kenyamanan yang ditawarkan sesungguhnya Indonesia mampu
mengembangkan mobil nasional yang diharapkann pada Inpres Nomor 2 tahun 1996
tersebut.
Akademisi jurusan teknik dari berbagai Universitas pun mampu menunjukkan
keahliannya dalam bidang otomotif di kejuaraan dunia, artinya meskipun telah lamanya
program tentang pengembangan mobil nasional dan adanya hegemoni dari produk
asing yang menguasai pangsa pasar Indonesia, disini putra-putri bangsa tidak adanya
menunjukkan sikap putus asa dalam mengembangkan dan merealisasikan mobil
nasional yang diinginkan oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
Posting Komentar untuk "Upaya Pemerintah Membangun Industri Otomotif Nasional"