Peluang dan Tantangan Industri Komponen Otomotif Indonesia
- engine system,
- transmission system,
- fuel system,
- Cooling & Lubrication System, dan
- electrical system.
Masing-masing kategori terdiri dari
beberapa komponen. Sebagai contoh, kategori engine system terdiri dari komponen cylinder
block, cylinder head, cylinder head gasket, piston, piston pin, connecting rod, piston ring,
crankshaft, crankshaft bearing/main bearing/metal, valve, valve spring, valve rocker arm,
valve rockershaft, timing belt, intake manifold, dan exhaust manifold.
Berdasarkan kegunaannya, komponen dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
- universal atau general,
- functional part, dan
- original equipment.
Kategori komponen
universal atau general merupakan kategori untuk komponen-komponen yang dapat digunakan
untuk beberapa merk kendaraan, sedangkan komponen-komponen yang termasuk dalam
kategori komponen original equipment hanya dapat digunakan untuk kendaraan merk
tertentu.
Berdasarkan usia pemakaiannya, komponen dikelompokkan ke dalam tiga kategori
yaitu
- fast moving component,
- slow moving component, dan
- consumable component.
Fast moving component merupakan kategori untuk komponen-komponen yang usia
pemakaiannya antara satu sampai dengan tiga tahun, slow moving component merupakan
kategori untuk komponen-komponen yang usia pemakaiannya lebih dari tiga tahun,
sedangkan consumable component merupakan kategori untuk komponen-komponen yang usia
pemakaiannya kurang dari satu tahun.
Permintaan
Berdasarkan pasar, industri komponen otomotif dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu
- industri yang memasok Original Equipment Market (OEM), dan
- industri yang memasok Replacement Market (REM).
Industri yang memasok Replacement Market
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
- genuine parts, dan
- non genuine parts.
Penjualan komponen dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
permintaan dari luar negeri.
Potensi pasar industri komponen otomotif khususnya kendaraan roda empat tidak
terlepas dari peningkatan penjualan kendaraan di dalam negeri dan untuk memenuhi
permintaan luar negeri (ekspor).
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir peningkatan
penjualan kendaraan roda empat di dalam negeri ditunjukkan pada Gambar.
Peningkatan penjualan menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat di Indonesia
terhadap kendaraan roda empat masih cukup tinggi.Tingginya permintaan terhadap kendaraan
roda empat akan berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap komponen OEM
maupun REM (genuine parts dan non genuine parts).
Selain itu, Indonesia juga memenuhi permintaan komponen untuk luar negeri. Dalam tiga
tahun terakhir jumlah ekspor komponen juga terus meningkat. Ekspor komponen
(Kementerian Perindustrian 2012) pada tahun 2009 sebesar pieces, tahun 2010 sebesar
pieces, dan tahun 2011 sebesar pieces.Selain itu, jika memperhatikan usia
pemakaian komponen maka permintaan terhadap komponen akan sangat tinggi khususnya
untuk komponen-komponen yang masuk dalam kategori fast moving component dan
consumable component.
Pasar Replacement Market dalam negeri semakin berkembang (SENADA 2007)
karena pasar tersebut merupakan alternatif bagi pelanggan yang tidak memilih, atau tidak
mampu membeli komponen asli bermutu tinggi.
Komponen impor buatan Cina, Taiwan,
Thailand dan Vietnam telah mulai membanjiri konsumen di lapis paling bawah di pasar purna jual. Keberadaan produk impor dengan harga di bawah harga normal tersebut telah memaksa
turunnya keseluruhan harga komponen umum dan komponen cepat rusak (fast-moving).
Untuk memenuhi permintaan luar negeri, Indonesia mengekspor kendaraan roda
empat dalam bentuk Completely Built Up (CBU) dan Completely Knocked Down (CKD).
Dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan ekspor dalam bentuk CBU maupun CKD,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Peningkatan permintaan ekspor akan berdampak
pada peningkatan permintaan komponen OEM maupun REM (khususnya genuine parts).
Pabrikan Komponen
Media Data (2010) menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 200 perusahaan yang
bergerak di industri komponen otomotif, yang 55% diantaranya merupakan perusahaan
patungan (jont venture) dengan tingkat ketergantungan teknologi yang tinggi.
Pabrikan komponen otomotif pada umumnya fokus pada pembuatan atau produksi
satu jenis komponen sesuai dengan kemampuan teknis yang dimiliki. Berdasarkan basis
produksinya, pabrikan komponen dikelompokkan dalam dua kategori (Media Data 2010)
yaitu
- pabrikan dengan produksi yang berbasiskan proses, dan
- pabrikan dengan produksi yang berbasiskan pada produk.
Pabrikan komponen otomotif yang berbasiskan pada proses memiliki teknologi dan
mesin-mesin untuk melakukan proses produksi dalam menghasilkan produk.
Sebagai contoh,
pabrikan yang mempunyai teknologi proses cetak dengan alumunium (aluminum casting)
dapat menghasilkan berbagai macam produk komponen otomotif yang dibentuk melalui
proses cetak dengan alumunium, seperti tutup blok mesin dari alumunium atau velg dari
alumunium.
Pabrikan komponen otomotif yang berbasiskan pada produk memiliki teknologi dan
mesin-mesin untuk membuat sebuah produk.
Sebagai contoh untuk kategori ini yaitu
pabrikan yang menghasilkan produk peredam kejut, pabrikan tersebut dapat memproduksi
berbagai variasi dari peredam kejut atau produk-produk lain yang teknologinya menggunakan
teknologi peredam kejut seperti penyangga pintu bagasi kendaraan.
Pabrikan komponen menerima pesanan pembuatan komponen kendaraan dari pabrikan
perakitan. Pabrikan perakitan akan menentukan spesifikasi teknis yang harus dipenuhi oleh
pabrikan komponen.
Menurut Media Data (2010) kualitas komponen lokal yang dapat diterima oleh perusahaan perakit kendaraan bermotor umumnya adalah perusahaan yang
berada dalam kelompoknya, karena ada keterkaitan investasi termasuk teknologi produksinya.
Selanjutnya Media Data (2010) juga menyatakan bahwa perusahaan lain diluar kelompok
perusahaan ATPM, belum dapat memasukan komponen utamanya untuk perakitan kendaraan
bermotor oleh perusahaan ATPM perakit, kecuali, perusahaan perusahaan yang berskala besar
dengan tingkat teknologi produksi tinggi, kemungkinan besar produknya dapat diterima untuk
komponen OEM.
Sedangkan untuk perusahaan-perusahaan diluar kelompok perusahaan
ATPM, produksinya lebih banyak untuk memenuhi pasar penggantian (replacement).
Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, banyak pabrikan skala kecil
dan menengah memasuki pasar, sehingga semakin memperluas pasar purna jual (aftermarket)
atau pasar komponen suku cadang non-orisinil dalam negeri yang sudah besar dan
menguntungkan tersebut (SENADA 2007).
Kedua pasar itu didominasi oleh barang nonmerek, relatif bermutu rendah dan hyper-price sensitive alias paling murah.
Pasar purna jual
ini, yang utamanya dipasok oleh peritel bengkel perbaikan kecil, terus berkembang sebagai
alternatif bagi pelanggan yang tidak ingin dan tidak mampu membeli suku cadang asli dengan
merek terkenal dan harga mahal (SENADA 2007).
Bahan baku
Bahan baku yang digunakan pada industri komponen otomotif sangat bervariasi.
Variasi bahan baku berupa besi baja dan campuran besi baja (dengan bermacam komposisi),
alumunium, perak, tembaga, bahan-bahan untuk cetakan, karet dan olahan karet, busa, dan
kertas untuk pembuatan penyaring (filter).
Bahan baku yang digunakan sebagian diperoleh dari hasil produksi dalam negeri.
Apabila bahan baku hasil produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi persyaratan atau
spesifikasi yang ditetapkan maka bahan baku harus diimpor dari luar negeri antara lain dari
negara Asia seperti Jepang, Korea, Taiwan dan Cina.
Bagi pasar dalam negeri (SENADA
2007), komponen kendaraan bermotor tanpa merk biasanya menggunakan kandungan bahan
mentah lokal yang lebih tinggi demi menekan biaya.
Keragaman dalam mutu bahan (SENADA 2007) terutama terkait dengan apakah suku
cadang yang dihasilkan itu untuk pabrikan perangkat asli (OEM—original equipment
manufacturer) yang merujuk ke perusahaan yang membeli produk atau komponen, lalu
mendaur atau memasukkannya ke produk baru dengan nama dagangnya sendiri; atau
dimaksudkan untuk dijual sebagai produk tanpa merk.
Posting Komentar untuk "Peluang dan Tantangan Industri Komponen Otomotif Indonesia "