Perkembangan Sistem Injeksi Elektronik Pada Motor Diesel
Perkembangan Sistem Injeksi Elektronik Pada Motor Diesel - Sejak Robert Bosch berhasil membuat pompa injeksi pada motor diesel putaran tinggi (1922 _ 1927), maka
dimulailah percobaan-percobaan untuk menerapkan pompa injeksi tersebut pada motor bensin.
Keberadaan
Euro Emission Regulation diprediksi akan mengubah teknologi otomotif di Indonesia. Pengaruh yang paling
besar adalah pada mesin, yaitu pengaturan pasokan bahan bakar minyak (BBM), bukaan katup, dan kontrol
udara.
Dengan semakin tingginya tuntutan efisiensi kinerja mesin diesel sudah mulai menyamai mesin bensin. Kini
mesin diesel tidak hanya memiliki torsi yang besar dan hemat bahan bakar, namun juga mempunyai
akselerasi yang cukup prima. Mesin diesel pun tidak hanya dipakai oleh kendaraan truk besar, tetapi
dipergunakan pula sebagai penggerak sedan kelas mewah.
Unit Direct Injection merupakan teknologi yang paling baru dari sistem pasokan bahan bakar mesin diesel.
Sangat canggih dan berteknologi tinggi, karena setiap injektor yang berada di silinder dilayani oleh satu
pompa sendiri.
Untuk mengejar standar emisi gas buang Euro IV, pabrikan mobil mengembangkan mesin diesel
berteknologi canggih. Mesin ini memakai sistem injeksi bahan bakar bertekanan tinggi yang mampu
meningkatkan proses pembakaran, sehingga gas buang pun menjadi ramah lingkungan.
Seiring dengan itu,
kualitas material logam nozzel injector mengalami peningkatan pula. Pasalnya, standar emisi Euro IV
memerlukan tekanan bahan bakar 1.600 bar - 1.800 bar atau kira-kira 23.200 psi hingga 26.100 psi.
Tentunya pada tekanan ini, baja standar tidak akan tahan lama pada suhu tinggi. Baja akan mengalami
kelelahan metal atau metal fatigue yang berdampak pada tidak optimalnya kinerja mesin diesel.
Pembakaran yang sempurna membutuhkan kompresi udara sebanyak-banyaknya, disisi lain membutuhkan
tekanan penyemprotan bahan bakar yang tinggi dengan timing (saat membuka dan lamanya) penyemprotan
yang tepat.
Pada sistim konvensional hal tersebut diatas diatur secara mekanis dalam pompa injeksi dengan
governornya dan injektor yang menginjeksikan bahan bakar.
Perkembangan teknologi telah dapat
memperbaharui sistem konvensional dengan sistem yang elektronik yang lebih menjamin keakuratan untuk
mendapatkan daya mesin yang optimum, pemakaian bahan bakar yang hemat serta tingkat emisi yang
rendah.
Pengaturan penginjeksian yang sangat akaurat menjamin proses pembakaran lebih sempurna
dengan tingkat emsi yang lebih rendah dibanding sistim yang konvensional.
Penggunaan sistiminjeksi commonrail |
Skema sistiminjeksi commonrail |
a. Sistem injeksi elektronik
Pembakaran yang sempurna membutuhkan kompresi udara sebanyak-banyaknya, disisi lain membutuhkan
tekanan penyemprotan bahan bakar yang tinggi dengan timing (saat membuka dan lamanya) penyemprotan
yang tepat.
Pada sistim konvensional hal tersebut diatas diatur secara mekanis dalam pompa injeksi dengan
governornya dan injektor yang menginjeksikan bahan bakar.
Perkembangan teknologi telah dapat
memperbaharui sistem konvensional dengan sistem yang elektronik yang lebih menjamin keakuratan untuk
mendapatkan daya mesin yang optimum, pemakaian bahan bakar yang hemat serta tingkat emisi yang
rendah.
Pengaturan penginjeksian yang sangat akaurat menjamin proses pembakaran lebih sempurna
dengan tingkat emsi yang lebih rendah dibanding sistim yang konvensional. Dengan semakin tingginya tuntutan efisiensi kinerja mesin diesel sudah mulai menyamai mesin bensin.
Kini
mesin diesel tidak hanya memiliki torsi yang besar dan hemat bahan bakar, namun juga mempunyai akselerasi yang cukup prima. Mesin diesel pun tidak hanya dipakai oleh kendaraan truk besar, tetapi
dipergunakan pula sebagai penggerak sedan kelas mewah.
Teknologi injeksi pertama yang diadopsi mesin diesel yaitu memakai pompa bahan bakar mekanik dan
sistem buka tutup katup yang digerakkan poros engkol. Pergerakannya melalui timing belt atau rantai. Mesin
diesel tipe ini menggunakan injektor yang amat sederhana dengan pola penyemprotan diatur katup.
Kerja
katup diatur oleh tekanan bahan bakar.
Sistem yang satu langkah lebih canggih adalah indirect injection yang mensupply bahan bakar melalui satu
ruangan khusus sebelum akhirnya masuk ruang bakar.
Ruangan khusus ini disebut sebagai pre-chamber
dengan tugas utama menghasilkan bahan bakar yang siap diledakkan. Dengan teknologi indirect injection,
kinerja mesin diesel jadi lebih halus, lembut, dan efisien.
Mesin diesel modern saat ini rata-rata mengadopsi teknologi direct injection.
Pada sistem ini injektor
diletakkan tepat diatas ruang pembakaran. Begitu katup terbuka, injektor akan langsung menyemprotkan
bahan bakar. Dengan sistem ini konsumsi bahan bakar jadi lebih hemat 15 hingga 20% dari mesin
berteknologi indirect injection.
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik, pada tahun 1989 kerja peranti direct injection pun diatur
oleh ECU (Engine Control Unit). Waktu injeksi, jumlah bahan bakar, sirkulasi gas buang dan peranti turbo
diatur oleh sistem elektronik.
Ini menghasilkan mesin diesel yang ramah lingkungan.
Inovasi mesin diesel terus berlanjut dengan penemuan sistem common rail injection. Teknologi ini dirancang
untuk memperbesar tekanan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar.
Pada teknologi direct injection,
injektor bekerja pada tekanan 300 bar. Pada teknologi baru, tekanan bahan bakar diperbesar lebih dari 1.800
bar. Caranya, sebelum dialirkan ke injektor, bahan bakar solar terlebih dahulu disalurkan ke pipa khusus atau
common rail. Dalam pipa ini terdapat alat khusus yang bisa memaksimalkan tekanan bahan bakar. Peranti
injektor terletak berbaris sepanjang pipa ini.
Skema sistiminjeksi Unit injection pump (UIP) |
Artinya injektor dan pompa sudah menjadi satu unit sendiri. Ini memungkinkan aliran bahan
bakar yang selalu konstan ke dalam ruang bakar. Sistem ini dikembangkan oleh Bosch dan sudah diadopsi
oleh berbagai pabrikan mobil Eropa. VW menyebutnya dengan nama Pumpe Duse yang mampu
menghasilkan pasokan bahan bakar bertekanan 2.050 bar.
b. Sistim injeksi commonrail
Common rail direct fuel injection adalah varian sistim direct injection yang modern pada diesel engines.
Tekanan injeksi yang dihasilkan mencapai high-pressure (1000+ bar) yang didistribusikan secara individual
melalui solenoid valve, yang dikontrol oleh cams pada camshaft.
Generasi ketiga common rail saat ini menggunakan piezoelectric injectors untuk meningkatkan akurasi injeksinya, dengan tekanan bahan bakar
mencapai 180 MPa/1800 bar, diesel common rail system yang dikembangkan ini telah mencapai BME Euro
6.
Generasi ketiga Common Rail dikembangkan oleh Bosch yang menghasilkan engine lebih clean, lebih
economic, lebih bertenaga dan lebih lembut.
Saat ini common rail system telah menjadi sebuah revolusi teknologi pada diesel engine technology.
Robert
Bosch GmbH, Delphi Automotive Systems, Denso Corporation dan Siemens VDO merupakan supplier
utama untuk modern common rail systems ini beberapa car makers menyebut common rail engines dengan
beberapa nama.
Hampir semua European automakers telah mengaplikasikan common rail diesels ini untuk
produk mereka tidak terkecuali untuk commercial vehicles. Beberapa Japanese manufacturers, seperti Isuzu,
Toyota, Nissan dan kini Honda, telah pula mengembangkan common rail diesel engines, bahkan Indian
companies pula telah sukses megimplementasikan technology ini.
Salah satu sistim injeksi common rail yang telah diaplikasikan pada kendaraan bermotor adalah yang
digunakan oleh Mercedes Benz (DaimlerChrysler) untuk kendaraan model 202.133/193 yang lebih popular di
Indonesia dengan Mercedes Benz C-200. Skema sistim aliran bahan bakarnya seperti tampak pada gambar
berikut :
Skema sistim sistim aliran bahan bakar common rail |
Posting Komentar untuk "Perkembangan Sistem Injeksi Elektronik Pada Motor Diesel"